6

 


Percaya atau tidak, aku pernah menjadi seorang Saskia yang selalu ingin baik untuk semua orang. Menjadi orang baik memang sebuah pilihan dan keharusan, setidaknya menurutku begitu. Mungkin kamu juga setuju. Tapi, saat itu sekitar masa-masa SMP sampai SMA aku selalu berusaha agar tidak punya musuh, aku tidak ingin ada orang yang membenciku, aku menjadi orang yang sangat "nggak enak-an", aku selalu terlalu sabar, aku selalu membantu orang lain meski sebetulnya aku tidak mau melakukannya, meski sebetulnya aku lelah, hingga meski sebetulnya cara seseorang untuk meminta bantuanku amatlah tidak sopan. Iya, sebegitunya memang. 

Sampai akhirnya, aku pernah diperlakukan dengan seenaknya oleh seseorang yang sedang mempekerjakanku, lalu aku sakit hati, aku menyerah, merasa sangat lelah, dan aku bertekad untuk berhenti membuat semua orang senang. Aku mulai belajar untuk tegas, berkata tidak, bahkan aku berani memarahi orang lain dan aku tidak peduli apakah orang itu akan membenciku setelahnya atau tidak, as long as tindakan yang aku lakukan memang benar. Aku tidak mungkin memarahi orang yang tidak berbuat salah. Kamu tahu? Rasanya lega sekali bisa bersikap demikian, aku merasa merdeka. Aku merasa senang ketika ada orang yang berkata bahwa mereka 'segan' terhadapku, kupikir itu bagus sekali, pertanda tidak ada orang yang bisa berlaku semena-mena terhadapku. 

Waah, pembukaan yang cukup panjang ya, hehehe. Sisanya aku ceritakan di buku terbaruku 'Satu Frekuensi' ya :D

Sehubungan dengan pengalamanku itu, di awal tahun 2021 aku membaca buku yang berjudul "Tak Mungkin Membuat Semua Orang Senang", ketika aku lihat judul tersebut di rak buku Gramedia, aku tidak berpikir dua kali untuk membelinya. Buku ini tidak tebal, hanya 206 halaman, tulisannya pun ringan sekali, berisi kisah-kisah nyata Jeong Moon Jeong dalam menyikapi berbagai macam orang, situasi dan kondisi. Banyak sekali kisah Jeong yang related dengan pengalamanku. 

Hal yang aku suka dari menulis buku non-fiksi adalah, tidak perlu selalu berurutan dan saling nyambung antara bab satu ke bab yang lainnya. Kita bisa membaca dari halaman yang mana saja, begitu juga dengan buku ini. Kamu bisa membacanya dari depan, tengah atau belakang. Aku selalu suka penulis Korea, sejauh ini buku-buku penulis Korea belum pernah mengecewakanku. Dalam buku ini, Jeong banyak membuka diri dan masa lalunya yang ternyata dia adalah orang yang mirip denganku dulu. Ingin membuat semua orang senang. 

"Orang-orang yang cenderung ingin menjadi orang baik, sebaiknya mulai membiasakan diri memikirkan apa yang sebenarnya diinginkan. Apabila mengenal orang-orang seperti itu, coba katakan kepada mereka, "Memangnya kenapa kalau ada yang tidak suka padamu? Kita tidak mungkin membuat semua orang senang bukan?""

Aku suka sekali bagian itu! Aku juga sudah menjawab pertanyaan tersebut ketika memutuskan untuk berubah. Memangnya kenapa kalau ada yang tidak suka padamu? Ya, tidak apa-apa. Toh mereka juga tidak selalu memikirkan kita, mereka tidak benar-benar mengenal kita, mereka hanya berasumsi dari apa yang mereka lihat sekilas. Memikirkan orang-orang yang tidak menyukai kita hanya akan membuat kita sakit kepala, percayalah. Tidak ada gunanya, membuang-buang waktu saja. 

Jeong juga menuliskan bahwa manusia selama ini hanya selalu mencoba menyesuaikan diri dengan harapan orang lain, atau tuntutan kondisi eksternal. Akan tetapi, manusia seharusnya bisa lebih baik dari itu. Listen to your self and your heart. Aku percaya bahwa setiap manusia itu unik, memiliki kekuatan dan kehebatannya masing-masing. Memang, banyak orang-orang yang tidak hidup sesuai dengan apa yang dirinya inginkan. Aku bersyukur tidak pernah berada di posisi itu, ketika orang tuaku memaksa aku untuk menuruti cita-cita yang mereka inginkan, aku selalu berusaha untuk menjelaskan bahwa aku tidak ingin cita-cita itu, karena aku punya cita-citaku sendiri. Tapi memang, kadang-kadang berusaha menjadi diri sendiri saja tidak mudah untuk sebagian orang. 

Bagian lain yang menjadi favoritku adalah... 

"Kita semua bagaikan buku yang menunggu untuk dibaca dan kita berharap orang tidak menyerah dalam memahami kita. Kita berharap mereka tidak hanya membaca sekilas dan langsung pura-pura tahu seluruh kisahnya. Kita ingin mereka menemukan sesuatu yang unik dan berharga dalam diri kita yang tidak ditemukan di antara buku-buku yang lain." 

That's right! Aku nggak tahu kenapa paragraf itu terasa sangat cocok dengan buku yang sedang aku tulis 'Satu Frekuensi'. I'm so glad to have this book, guys! 

Intinya, Jeong berhasil menyampaikan pesannya untuk setiap pribadi yang jadi pembacanya. Apa yang ditulis oleh Jeong adalah perasaan dan keresahan banyak orang, namun tidak banyak terucapkan, hal ini memang bukan isu yang booming untuk menjadi sebuah buku. Tidak semua penulis mampu menyampaikan hal selembut ini melalui story tellingnya dengan baik. Aku pun jadi banyak belajar melalui buku ini. 

Sebagai penutup, aku ingin menyampaikan pesan dari Jeong bahwa kita harus mampu bersikap tegas. Dalam ceritanya, Jeong pernah mengalami kecelakaan yang sangat parah yang membuatnya hampir meninggal dunia. Kejadian itu menyadarkannya bahwa setiap manusia bisa mati kapan saja. Maka dari itu, waktu kita di dunia sebenarnya amatlah sebentar. Jangan habiskan waktu kita untuk menyenangkan semua orang, memikirkan orang-orang yang tidak perlu. Ada begitu banyak hal yang harus kita capai, ada orang-orang prioritas yang harus kita bahagiakan, tapi jangan lupakan orang pertama, yaitu diri kita sendiri :) 



Posting Komentar

  1. Terkadang aku heran dengan orang yang khawatir akan sikap orang lain kepada dirinya. Aku sempat (hanya sebentar) menjadi orang yang "gak enakan" tapi diriku betul-betul tidak menerima. Gak nyaman sama sekali. Karena seperti memakai topeng, yang mana sebetulnya kita gak suka/senang tapi dengan berkata "Iya" Atau menyanggupi apa yang orang lain inginkan, menjadikan kita berpura-pura bahagia. Akhirnya, aku berpikir untuk bersikap biasa aja menjadi diriku sendiri dan bagaimana reaksi orang lain terhadapku, apapun itu aku tidak ambil pusing. Dengan catatan aku gak "Nyenggol" orang tsb. Sekarang aku kepo sama buku yang Kak Saskia baca ini. Hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus banget kalau kamu sudah punya sikap dasar seperti itu, harus ditularkan ke banyak orang, hehehe. Sok beli bukunya :D

      Hapus
  2. Menarik sekali bukunya, Kak. Saya jadi penasaran dengan isi bukunya, karena sampai saat ini pun saya merasa masih sering gak enakan sama orang lain. Terkadang ingin bersikap tegas bilang 'tidak' bila tidak sesuai dengan isi hati masih berat banget mengucapkannya.
    Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak enakan memang jadi kebiasaan banyak orang di Indonesia. Tapi kita harus bisa berhenti nggak enakan mbak. Ayo semangat, bisa belajar dari buku itu :)

      Hapus
  3. Buku ini .... "aku bangettt" 😂. Duh kak Saski jadi ngiler pingin baca 😆

    BalasHapus

 
Top