2


Ketika saya menginjak semester 7 perkuliahan, saya mengalami masa yang boleh dibilang "agak" sulit. Karena banyak sekali tanggung jawab yang harus saya tuntaskan dalam kurun waktu enam bulan di satu semester yang begitu istimewa tersebut. Saya harus menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL), belum lagi laporan magang, ditambah dengan skripsi yang sedang berjalan. 

Padatnya aktivitas kala itu, membuat saya sering sekali mengalami kelelahan yang berlebihan. Terutama ketika pulang kuliah. Perjalanan dari rumah di Bekasi menuju kampus di Jakarta begitupun sebaliknya saya lalui seorang diri bersama dengan motor setia saya. Kalau tidak macet, perjalanan bisa ditempuh dalam waktu satu jam, tapi kalau macet bisa 1,5 sampai dua jam lamanya saya berkendara. 

Di suatu sore kira-kira pukul lima, saya beranjak pulang dari kampus dengan tubuh yang cukup lelah. Singkat cerita, saya mengantuk berat di jalan. Luar biasa ngantuk yang tidak dapat tertahankan. Tapi saya enggan untuk berhenti sejenak, sebab saat saya mengantuk posisinya sudah dekat dengan rumah, ya kurang lebih 20 menit lagi saya sampai. 

Tentu saja ini bukan untuk ditiru ya. Karena setelah memaksakan diri berkendara, saya hampir saja menabrak mobil yang sedang berhenti di depan saya. Kurang lebih 50 cm lagi hampir tertabrak. Saya dikagetkan dengan klakson angkot yang begitu kencang. Kaget bukan main sembari menarik rem sekencang mungkin, jantung saya berdebar dengan sangat cepat. Huft, Alhamdulillah Allah masih melindungi saya. 

Nah! Tapi... disinilah awal mula inti kejadian yang akan saya bahas terjadi. Setelah hampir menabrak mobil tadi, hati, pikiran dan mulut saya berkata.

"Ya Allah, kalau ngantuk begini bisa ketabrak nih..."

Ocehan tersebut otomatis keluar begitu saja. Saat itu kondisinya saya sudah tidak lagi mengantuk, justru sangat terjaga. Dan melajulah saya hingga masuk ke dalam komplek rumah. Saya melewati tukang-tukang dagangan dekat rumah dengan santainya, saya melihat ada buah-buahan segar, bahkan saya mencium wangi bakso di pinggir jalan. Ah, rasanya sangat menyenangkan karena sebentar lagi sampai di rumah.

Rumah saya terletak di paling ujung, di jalan yang buntu. Gang rumah saya pun berada di sebuah perempatan jalan. Lalu dengan santainya saya melewati perempatan tersebut, dan...

"Gubraakkkk!!"

Sebuah motor yang melaju kencang menabrak saya dari sebelah kiri jalan di perempatan tersebut. Padahal tinggal sedikit lagi saya sampai. Ya, saya tertabrak dan terseret di jalanan kurang lebih satu meter. Saya tidak menangis saat itu, saya hanya tiduran pada posisi terjatuh di aspal, hahaha.. sambil berpikir dan berucap,

"Astaghfirullah, kok malah kejadian beneran sih?"

Saya benar-benar bingung dan merasa bersalah atas apa yang sebelumnya saya ucapkan. Apakah karena saya berpikiran negatif lantas Allah mengabulkannya? Entahlah, pada saat itu saya hanya merasa unik. Hingga akhirnya bapak-bapak di sekitar rumah menolong saya untuk bangun dan mengantar saya pulang. Sampai di rumah, saya baru merasakan sakit di beberapa bagian badan dan menangis. Oh, lucunya.



Kejadian tersebut berlalu, hingga saya sudah lulus dari bangku kuliah. Namun, saya baru mendapatkan jawaban atas uniknya kejadian tersebut di bulan April 2019 ini. Ketika saya mengikuti Training di Yogyakarta, saya mempelajari sebuah ilmu baru, yaitu Law of Attraction (LoA). Apakah itu?

Law of Attraction

Adalah hukum alam yang berhubungan dengan pikiran, atau biasanya disebut juga dengan hukum tarik menarik. Yang berarti alam semesta ini akan merespon apa yang manusia pikirkan baik itu hal positif ataupun negatif. Kenapa hal itu bisa terjadi? Sebab, manusia memiliki vibrasi yang dapat terpancar dan dirasakan bahkan oleh manusia lainnya. Contoh sederhananya adalah, ketika kamu melihat temanmu dalam keadaan bahagia dan penuh semangat, apakah kamu bisa turut merasakannya? Ya, tentu saja. Seringkali kebahagiaan seseorang akan terpancar entah dari wajahnya, gerak tubuhnya, perkataannya dan hal lainnya. 

Jika manusia saja dapat merasakan vibrasi-vibrasi tersebut, begitu pula dengan alam semesta yang Allah ciptakan ini. Alam semesta pun dapat merasakan apa yang kita rasakan, untuk kemudian Alam semesta akan memberikan responnya. Respon tersebut bisa jadi sama besarnya atau bahkan melebihi dari apa yang kita pikir dan rasakan. Oleh karena itulah salah satu makna dibalik pentingnya kita sebagai manusia untuk selalu berpikir positif. 

Law of Attraction tidak hanya merespon terhadap apa yang kita pikirkan, namun juga pada apa yang terbesit di hati kita hingga yang pada akhirnya keluar dari mulut kita. Tapi, kembali lagi. Apa yang ada di hati dan terucap di bibir bukankah semuanya berawal dari pikiran? Yes, maka berhati-hatilah dengan pikiran kamu, mulai saat ini.

Kejadian saya yang tertabrak motor sebelumnya, di dalam Law of Attraction merupakan respon alam semesta atas hal negatif yang saya pikir, besit dan ucapkan, yaitu 'ketabrak'. 

Waw! Ilmu yang sangat menarik bukan? Masih ada banyak hal yang lebih menarik lagi dari Law of Attraction. Mungkin akan saya ceritakan lagi di postingan-postingan selanjutnya.

Nah, bagaimana dengan kamu? Kejadian apa yang pernah kamu pikirkan, lalu benar-benar terjadi? Ceritakan di kolom komentar ya :)












Posting Komentar

  1. Aku serinģ seperti itu. Mungkin karena aku suka negative thinking ke orang lain. Anehnya ya kak, disaat aku mencoba positive thinking ke teman, justru aku dimanfaatkan. Tapi di samping itu semua, aku skrng berusaha memotivasi diriku utk ke arah yg lebih baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selain positif thinking, kita juga harus upgrade kualitas diri dan ilmu agar tidak mudah dimanfaatkan orang lain. Saya juga masih sama-sama belajar :)

      Hapus

 
Top